Di tengah gelombang polio yang jadi ancaman baru bagi anak-anak Gaza, ada para orangtua patah hati yang merasa tidak berdaya, tidak bisa melindungi anak-anak mereka. Seperti banyak orang di Gaza, Eid al-Attar, seorang guru dari wilayah utara, kini menghabiskan hari-harinya dengan berusaha mencari cukup makanan dan air untuk menghidupi keluarganya.
Mengungsi delapan kali sejak serangan militer Israel pada 7 Oktober 2023, melansir Guardian, Rabu, 4 September 2024, pria berusia 42 tahun ini telah berusaha sekuat tenaga melindungi kelima anaknya. Kini, wilayah Palestina tersebut menghadapi bahaya baru: penyakit yang sangat menular dan berpotensi mematikan, polio.
“Kami tidak dapat melindungi anak-anak kami. Kami terancam kematian setiap saat karena pemboman dan ketidakamanan yang terus-menerus. Saya juga tidak dapat melindungi mereka dari penyakit,” katanya di Deir al-Balah pada Minggu, 1 September 2024, saat kampanye vaksinasi yang dipimpin PBB sedang berlangsung.
Ia menyambung, “Kami tinggal di tenda, yang tidak melindungi kami dari apapun, tidak ada obat-obatan, sampah berserakan di mana-mana, dan jalanan dipenuhi air limbah.” Serial pengeboman Israel di Gaza telah menghancurkan sistem layanan kesehatan di wilayah tersebut, dengan 31 dari 36 rumah sakit rusak atau hancur, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sekitar 90 persen dari 2,3 juta orang yang tinggal di Jalur Gaza telah mengungsi dari rumah mereka, dengan mayoritas tinggal di kamp-kamp darurat yang sangat padat dan tidak bersih. Hepatitis, pneumonia, dan penyakit diare seperti disentri, serta kudis, kutu, dan ruam sudah merajalela, kata WHO.
Gaza Catat Kasus Polio Tipe 2
Jumlah kematian yang disebabkan penyakit tercatat lebih dari 40 ribu korban, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah kantong Palestina. Namun, salah satu ketakutan terburuk para pekerja perawatan kesehatan terbukti minggu lalu ketika Gaza mencatat kasus polio tipe 2 pertamanya dalam seperempat abad.
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian, terutama pada bayi dan anak kecil. Polio berhasil diberantas dari Jalur Gaza pada 1999, tapi satu varian terdeteksi dalam pengujian air limbah rutin pada Juli 2024.
Varian ini diyakini berasal dari vaksin polio oral, yang mengandung virus hidup yang dilemahkan. Dalam kasus yang jarang terjadi, varian tersebut dapat ditularkan oleh orang yang telah divaksinasi dan berevolusi jadi bentuk baru yang menular.
Kasus pertama dilaporkan minggu lalu pada seorang anak laki-laki berusia 10 bulan yang lumpuh di salah satu kakinya. Ia tidak menerima vaksinasi rutin apapun untuk anak-anak karena genosida di Palestina. Menurut WHO, ratusan orang lain mungkin sudah terinfeksi, tapi tidak menunjukkan gejala, sehingga membahayakan ratusan ribu anak-anak di Gaza.
Vaksin Polio di Gaza
Upaya vaksinasi yang dipimpin PBB dan otoritas kesehatan setempat kini sedang berlangsung untuk mencegah munculnya kembali polio di antara generasi baru. Setidaknya 90 persen dari 640 ribu anak di bawah usia 10 tahun di Gaza harus divaksinasi dengan dua tetes vaksin oral dalam dua putaran, dengan jarak empat minggu, untuk mencegah penyakit tersebut menyebar.
Ini sesuatu yang sangat sulit di zona perang aktif, di mana kondisi dapat berubah dengan cepat. Hamas dan Israel telah sepakat melakukan jeda kemanusiaan dalam pertempuran antara pukul 6 pagi dan 3 sore selama beberapa hari ke depan. Selama itu, tim vaksinasi bermaksud mengunjungi 160 lokasi, dimulai di Gaza tengah sebelum melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang lebih sulit dijangkau.
Jalan yang rusak atau hancur membuat para pekerja kesehatan sulit bergerak, dan para pekerja bantuan, serta kiriman bantuan telah terkena bom Israel. Empat orang tewas dalam serangan udara Israel minggu lalu yang menghantam bagian depan konvoi yang membawa makanan dan bahan bakar ke sebuah rumah sakit di Rafah, kata kelompok American Near East Refugee Aid (Anera).
Israel mengatakan telah menargetkan orang-orang bersenjata yang merebut konvoi tersebut, meski Anera dan para saksi membantah bahwa ada pejuang bersenjata di daerah tersebut. Israel mengizinkan sekitar 1,3 juta dosis vaksin dibawa ke Gaza bulan lalu, yang sekarang disimpan dalam lemari pendingin di sebuah gudang di pusat kota Deir al-Balah.
Menjaga Vakin agar Tidak Rusak
Pengiriman 400 ribu dosis vaksin lain diharapkan akan segera tiba di Gaza. “Israel memandang penting pencegahan wabah polio di Jalur Gaza, termasuk untuk tujuan mencegah penyebaran penyakit di wilayah tersebut,” klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah pernyataan minggu lalu.
Kekurangan bahan bakar membuat pembangkit listrik yang menjaga vaksin tetap dingin jadi tantangan besar lain, karena semua fasilitas penyimpanan yang ada telah hancur. Dr. Khalil Abu Qasmiya, Direktur Kementerian Kesehatan di Deir al-Balah, mengatakan bahwa ia dan timnya bangun secara berkala di malam hari untuk memeriksa apakah suhu lemari es stabil dan bungkusan es tidak mencair.
Tidak seperti banyak upaya internasional lain untuk meringankan penderitaan di Gaza, peluncuran vaksin polio sejauh ini berjalan lancar. Tercatat, 72.600 anak divaksinasi pada hari pertama operasi, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Nabil al-Hasanat, ayah dari dua anak perempuan, berusia enam dan lima bulan, mengatakan, “Kami semua sangat menderita. Saya senang saya dapat melakukan satu hal untuk melindungi anak-anak saya.” Namun, krisis kemanusiaan yang mendasarinya masih ada, tanpa ada tanda-tanda perundingan gencatan senjata dalam waktu dekat.