Serangan Israel Bunuh 22 Warga Palestina di Gaza, 10 di Antaranya Tewas Saat Antre Beli Tepung

Setidaknya 22 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza. Sementara itu, pemadaman listrik mengancam nyawa lebih dari 100 pasien di rumah sakit di utara wilayah kantong tersebut.

Menurut sejumlah sumber kepada Al Jazeera, seperti dikutip Senin (9/12/2024), dalam serangan Israel terbaru di kamp pengungsi Jabalia di Gaza Utara pada Senin pagi, tiga orang menjadi sasaran serangan rudal yang diluncurkan dari drone. Serangan itu langsung membunuh mereka.

“(Korban) berusaha … mencari makanan di sekitar lingkungan mereka ketika mereka diserang oleh drone,” kata Hani Mahmoud, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah di Jalur Gaza.

“Mereka langsung tewas. Jenazah mereka masih ada di jalan dan tidak ada yang bisa mencapai lokasi yang dibom.”

Jabalia telah terjebak dalam pengepungan Israel selama 65 hari, dengan ribuan warga Palestina kesulitan mendapatkan pasokan makanan dan air, menyebabkan banyak orang kelaparan.

“Jabalia telah berubah menjadi kuburan,” kata Mahmoud.

Semalam, serangan Israel di Kota Rafah, Gaza Selatan, juga menewaskan 10 orang yang sedang mengantre untuk membeli tepung.

Mahmoud mengatakan karena terbatasnya bantuan kemanusiaan yang masuk melalui perbatasan selatan, situasi kelaparan yang serupa dengan Gaza Utara juga terjadi di Gaza Selatan.

Di Gaza Tengah, tempat koresponden Al Jazeera melaporkan dari luar Rumah Sakit Al-Aqsa, jenazah juga menumpuk di ruang mayat rumah sakit setelah serangan udara Israel yang terbaru di sebuah gedung tempat tinggal di kamp pengungsi Bureij.

“Setidaknya sembilan anggota dalam satu keluarga, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut,” ungkap Mahmoud.

“Penderitaan terus berlanjut di sini di Rumah Sakit Al-Aqsa, di mana para penyintas dan kerabat datang pagi-pagi untuk mengambil jenazah dari ruang mayat rumah sakit. Pada satu titik, ruang mayat rumah sakit penuh dengan jenazah dan tidak ada cukup ruang untuk jenazah lebih banyak lagi.”


Sangat Kritis

Sementara itu, kepala Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara Hussam Abu Safia mengungkapkan bahwa nyawa lebih dari 100 pasien terancam setelah pasokan listrik, oksigen, dan air terputus.

Abu Safia menjelaskan bahwa serangan udara dan penembakan Israel baru-baru ini telah merusak fasilitas rumah sakit dan memutuskan pasokan air serta listrik di beberapa bagiannya.

“Situasinya sangat kritis. Kami merawat pasien di unit perawatan intensif dan beberapa lainnya yang menunggu operasi. Akses ke ruang operasi hanya dapat dilakukan setelah pasokan listrik dan oksigen kembali normal,” tutur Abu Safia.

Dia menambahkan bahwa saat ini rumah sakit merawat 112 pasien yang terluka, termasuk enam pasien di unit perawatan intensif dan 14 anak-anak.

“Serangan yang terus berlangsung di sekitar rumah sakit menghalangi kami untuk melakukan perbaikan,” ujarnya.

Pada hari Jumat (6/12), Israel mengonfirmasi mereka beroperasi di sekitar rumah sakit yang terletak di Beit Lahiya itu. Namun, mereka mengaku tidak menyerang langsung rumah sakit yang berada dekat dengan kamp pengungsi Jabalia.

Rumah Sakit Kamal Adwan merupakan salah satu fasilitas medis terakhir yang masih beroperasi di bagian utara wilayah Gaza.

Pada hari Jumat, serangan Israel menewaskan empat staf rumah sakit.

Sejak dimulainya perang, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 44.700 warga Palestina di Jalur Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat, dengan sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *