Serangan Israel dilaporkan memusnahkan seluruh keluarga setelah serangan terhadap gudang yang menampung pengungsi Palestina di az-Zawayda di Gaza tengah.
Laporan Al Jazeera yang dikutip Minggu (18/8/2024) menyebut militer Israel telah mengebom sebuah gudang yang menampung pengungsi Palestina di daerah az-Zawayda di Gaza tengah, menewaskan 15 anggota satu keluarga, termasuk sembilan anak-anak.
Juru bicara pertahanan sipil di Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan pada hari Sabtu (17/8) bahwa 15 orang yang tewas dalam serangan Jumat (16/8) malam adalah anggota keluarga al-Ejlah, dengan tiga wanita di antara korban tewas. Total korban tewas akibat serangan itu adalah 16 orang.
Dilaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah, Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan tiga rudal Israel menghantam gudang tersebut, yang terletak beberapa kilometer di selatan kamp pengungsi Nuseirat.
“Kebakaran besar terjadi, membakar semua yang ada di gudang dan anak-anak tercabik-cabik. Upaya penyelamatan masih terus dilakukan untuk menemukan lebih banyak jenazah,” ujar Tareq Abu Azzoum.
“Ada tingkat frustrasi dan kesedihan yang besar. Jenazah-jenazah tersebut sekarang dibariskan di kamar mayat Rumah Sakit Al-Aqsa sementara pihak keluarga bersiap untuk menguburkan mereka.”
Serangan itu menewaskan kepala keluarga, Sami, bersama istri, ibu dan semua anaknya, menurut Abdalhadi al-Ejlah, sepupu korban.
Serangan Usai Mediasi Gencatan Senjata
Al-Ejlah mengatakan kepada Al Jazeera dari Stockholm, Swedia, bahwa Sami adalah “pria terhormat” yang menjalankan bisnis kecil di industri daging beku dan aktif dalam upaya amal, menekankan bahwa keluarganya tidak terlibat dalam politik.
Dia menambahkan bahwa keluarga tersebut telah meninggalkan Kota Gaza ke gudang az-Zawayda, yang dimiliki dan digunakan Sami untuk bisnisnya.
“Kita berbicara tentang genosida bertahap, genosida gerak lambat, tidak hanya dengan membunuh, tapi juga menggunakan cara-cara lain… termasuk kelangkaan makanan,” kata al-Ejlah tentang keseluruhan situasi di Gaza, yang ia gambarkan sebagai “ neraka di bumi”.
Serangan itu terjadi setelah mediator internasional – Amerika Serikat, Qatar dan Mesir – menyelesaikan perundingan gencatan senjata di Doha pada hari Jumat (16/8) yang mereka gambarkan sebagai perundingan “serius dan konstruktif”.
Pembicaraan tersebut bertujuan untuk mengakhiri perang dan pembebasan tawanan Israel di Gaza untuk warga Palestina yang dipenjara di Israel.
“Apa yang telah mereka lakukan sehingga pantas menerima ini?” Ahmed Abu al-Ghoul, warga setempat yang menyaksikan serangan terbaru Israel, mengatakan kepada kantor berita AFP.
Israel Menargetkan Banyak Rumah Warga hingga Perintah Evakuasi Ketiga
Abu Azzoum dari Al Jazeera melaporkan bahwa Israel telah melakukan lebih banyak serangan udara terutama terhadap rumah-rumah penduduk di daerah kantong tersebut, dengan salah satu serangan tersebut menewaskan sedikitnya tujuh warga Palestina dari keluarga yang sama di sisi barat kamp pengungsi Nuseirat.
“Kami mengamati bahwa serangan terbaru Israel telah memusnahkan seluruh keluarga,” kata Azzoum.
Di sisi lain, Israel kembali mengeluarkan perintah evakuasi pada hari Sabtu (17/8), kali ini untuk lingkungan di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah.
Juru bicara militer Israel yang berbahasa Arab, Avichay Adraee, membuat pengumuman tersebut melalui postingan media sosial, menyebutkan blok-blok di Maghazi, serta beberapa lingkungan lain di Gaza tengah, yang menjadi tempat warga harus mengungsi. Dia mengatakan kelompok Palestina Hamas telah menembakkan roket dari daerah tersebut dan militer Israel akan membalasnya dengan “kekuatan”.
“Demi keselamatan Anda sendiri, segera pindah ke zona kemanusiaan,” kata Adraee.
Ini adalah ketiga kalinya Israel memerintahkan lebih banyak warga Gaza untuk mengungsi dalam beberapa hari, sehingga menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi.
Abu Azzoum mengatakan banyak keluarga yang mengungsi ke Deir el-Balah, sebuah daerah yang “sudah dipenuhi keluarga pengungsi”. “Zona kemanusiaan menyusut”, tambahnya.
Pasukan Israel juga memerintahkan orang-orang untuk meninggalkan sekitar Beit Hanoon, sebuah kota di utara Gaza.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan melakukan perjalanan ke Israel pada hari Sabtu untuk melanjutkan upaya diplomatik guna mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Sehari sebelumnya, Presiden Joe Biden mengatakan kesepakatan sudah di depan mata dan memperingatkan pihak-pihak di Timur Tengah untuk tidak merusak negosiasi tersebut.
Hamas: Gencatan Senjata adalah Ilusi
Seorang pejabat senior Hamas menampik optimisme Biden. “Mengatakan bahwa kita semakin dekat dengan kesepakatan adalah sebuah ilusi,” kata Sami Abu Zuhri dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada AFP.
“Kami tidak menghadapi kesepakatan atau negosiasi nyata, melainkan pemaksaan diktat Amerika.”
Blinken akan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Israel pada hari Senin.
Pada hari Sabtu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel telah menewaskan 69 orang dan melukai 136 orang dalam 48 jam terakhir.
Hal ini menjadikan jumlah korban di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober menjadi 40.074 orang tewas dan 92.537 orang terluka, katanya.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.