Gencatan Senjata Gaza: Hamas Bebaskan 8 Sandera dan Israel Lepaskan 110 Tahanan Palestina

Hamas pada Kamis (30/1/2025) kembali membebaskan sandera sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Kali ini mereka melepas delapan orang.

Tiga warga negara Israel dan lima warga negara Thailand diserahkan lebih dulu kepada Palang Merah sebelum diserahkan ke pasukan Israel dan dibawa ke Israel. Total 110 warga Palestina kemudian dibebaskan dari penjara Israel, termasuk 32 orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan 30 anak di bawah umur. Demikian seperti dikutip dari BBC, Jumat (31/1).

Pembebasan pada Kamis berarti 15 sandera telah dibebaskan sejak gencatan senjata diberlakukan pada 19 Januari. Sebanyak 82 sandera saat ini masih ditahan.

Tentara Israel Agam Berger (20) adalah orang pertama yang dibebaskan pada Kamis di Jabalia, di Gaza Utara. Para anggota Hamas mengawal dengan ketat saat Agam Berger berjalan menuju sebuah panggung sederhana di antara reruntuhan, di mana dia diberikan sertifikat pembebasan sebelum akhirnya diserahkan kepada Palang Merah.

Agam Berger adalah salah satu dari tujuh tentara perempuan dari unit pengamat yang tidak bersenjata yang diculik pada 7 Oktober 2023 dan yang terakhir masih berada di Jalur Gaza.

Di Alun-alun Sandera Tel Aviv, kerumunan yang menyaksikan di layar besar bersorak.

“Saya sangat senang … melihat wajahnya, melihatnya kembali ke keluarga. Ini sangat menggembirakan,” kata Yahel Oren, yang pernah bertugas dalam unit yang sama dengan Adam Berger 10 tahun lalu, kepada BBC.

Dalam pernyataannya, keluarga Agam Berger mengatakan mereka kini dapat “memulai proses penyembuhan”, namun “pemulihan tidak akan lengkap sampai semua sandera kembali ke rumah”.

Sekitar dua jam kemudian, di Khan Younis, Gaza Selatan, tujuh sandera lainnya muncul ke publik. Mereka dibimbing oleh anggota Hamas di tengah kerumunan orang yang bersorak, sebelum akhirnya diserahkan kepada staf Palang Merah di kendaraan yang sudah menunggu.

Peristiwa tersebut berlangsung secara simbolis di depan reruntuhan rumah mendiang pemimpin Hamas yang tewas, Yahya Sinwar – arsitek dari serangan 7 Oktober 2023. Sinwar dibunuh oleh pasukan Israel di Rafah pada 16 Oktober 2024.


Protes Israel

Selain Agam Berger, sandera yang dibebaskan pada Kamis adalah warga sipil Israel Arbel Yehud (29) dan Gadi Moses (80) serta pekerja pertanian asal Thailand, yakni Pongsak Thaenna, Sathian Suwannakham, Watchara Sriaoun, Bannawat Seathao, dan Surasak Lamnao.

Pembebasan para tahanan Palestina sebagai pertukaran sandera sempat ditunda oleh Israel sampai mereka menerima jaminan bahwa adegan-adegan yang mengiringi pembebasan para sandera di Khan Younis tidak akan terulang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut “adegan-adegan mengejutkan” saat momen pembebasan yang dipenuhi kerumunan sebagai “bukti tambahan kekejaman tak terbayangkan dari organisasi teroris Hamas”.

Kantor perdana menteri Israel kemudian menyatakan mereka telah menerima komitmen dari para mediator gencatan senjata yang menjamin pembebasan para sandera dengan aman.

Israel sebelumnya menunda selama dua hari untuk memberi izin kepada ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi kembali ke Gaza Utara, setelah Hamas gagal memasukkan Arbel Yehud dalam putaran pembebasan sandera pada 25 Januari.

Sebanyak 251 orang diculik ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang. Serangan ini kemudian memicu perang terbaru yang meluluhlantakkan Jalur Gaza.

Serangan militer Israel sejak hari yang sama atau selama 15 bulan terakhir telah membunuh 47.460 warga Palestina di Jalur Gaza.

Sebelum Kamis, 290 tahanan Palestina – mulai dari mereka yang menjalani hukuman panjang atas pengeboman dan serangan lainnya hingga remaja yang ditahan tanpa dakwaan – telah dibebaskan juga sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Sebagian besar telah kembali ke Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, sementara sekitar 70 dari mereka yang dituduh melakukan pelanggaran serius diasingkan ke Mesir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *